Lensa Olahraga

Selamat dari Gempa Turki Karena Menunggu Subuh, Begini Cerita Haru Pesepakbola Kevin Soni

Kevin Soni (24) warga berkebangsaan Kamerun yang menjadi gelandang di klub Hatayspor di Liga Turki, menceritakan pengalamannya selamat dari gempa dahsyat Turki yang terjadi pada Senin (6/2) lalu.

Dalam sebuah wawancara bersama media Perancis, Foot Mercato, Kevin mengungkapkan bahwa ia bisa menyelamatkan diri dari gempa lantaran sengaja tak tidur untuk menunggu waktu subuh.

Saat itu, Kevin yang belakangan telah meneken kontrak sebagai pemain pinjaman di Hatayspor, baru saja selesai dari pertandingannya. Ia yang tinggal di sebuah bangunan berlantai 17, tak langsung tidur usai pulang dari pertandingannya. Bersama sepupunya, mereka berniat tidak tidur dengan bermain PlayStation sembari menunggu waktu subuh.

“Saya seorang Muslim dan saya sangat religius. Apa yang menyelamatkan saya adalah bahwa saya ingin menunggu sampai jam 6:40 pagi untuk mengucapkan doa pertama hari itu. Karena alasan inilah saya tidak tidur. Jadi saya berkata pada diri sendiri bahwa jika saya tidur, melihat bagaimana semuanya jatuh di rumah, saya pasti sudah mati,” terang Kevin, dikutip pada Kamis (9/2).

Saat gempa itu terjadi, Kevin pun panik tapi tetap meminta sepupunya untuk tenang. Ia bahkan berpikir untuk lompat dari jendela, tetapi diurungkan. Menurutnya, jika ia memilih untuk melompat maka kemungkinan yang terjadi adalah patah kaki. Itu akan membuatnya tak bisa bermain lagi.

“Awalnya saya ingin melompat keluar jendela. Tapi kami sangat tinggi, di lantai tujuh,” katanya.

Mereka lantas memilih segera menyelamatkan diri dengan menuruni tangga dari lantai 7.

“Kami mulai melarikan diri menaiki tangga. Kami hanya punya waktu untuk mengambil paspor dan telepon kami, saya bahkan tidak tahu bagaimana saya bisa memikirkannya. Kami cukup beruntung untuk keluar dari gedung sebelum semuanya runtuh,” lanjutnya.

Kevin menceritakan, saat itu suasana benar-benar sangat mengerikan. Dunia langsung berubah hanya dalam hitungan menit. Saat berhasil menyelamatkan diri, katanya, ia melihat banyak jasad dan orang-orang sekarat di sekitarnya.

Ia pun bersyukur kepada Tuhan karena merasa masih diberi kesempatan untuk hidup.

“Saya berkata pada diri sendiri bahwa jika kami berhasil keluar dari kota ini, itu karena Tuhan menginginkannya. Lantai bisa retak kapan saja. Dan begitulah, jalan terbelah dua. Saya tidak tahu apa yang ada di kedalaman bumi. Hari itu, saya melihat apa yang ada di sana. Semuanya hitam, tidak ada apa-apa di sana. Aku tidak tahu apa itu tapi semuanya hitam” jelas Kevin.

Atas tragedi ini, Kevin merasakan trauma yang mendalam. Bahkan hingga saat ini, ia masih kerap merasa dunia bergetar seperti gempa, padahal tidak terjadi apa-apa menurut orang sekitarnya.

Perasaan seperti baru saja lolos dari maut membuat Kevin merasa semakin mengingat akan kematian. Ia mengingatkan kepada semuanya bahwa Tuhan bisa membuat hidup manusia berhenti bahkan sepersekian detik saja.

“Pada saat itu, saya berkata pada diri sendiri ini adalah akhir dari dunia dan akhir, titik. Saya melihat orang mati di sebelah saya. Saya trauma. Hari ini, saya menyadari bahwa hidup tergantung pada seutas benang. Pada saat-saat inilah kita menyadari bahwa segala sesuatu adalah kesia-siaan,” pungkasnya. (AKM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *