Lensa Sinema

Review Film Anime Suzume: Perjuangan Mencegah Bencana dengan Penuh Pengorbanan

Film Anime asal Jepang ‘Suzume no Tojimari’, sudah tayang di layar lebar sejak tanggal 8 maret 2023 lalu. Film karya Makoto Shinkai ini merupakan film terbarunya setelah tiga tahun terakhir sejak Weathering with You (Tenki no Ko) rilis pada 2019 lalu.

Film ini menyajikan visual yang apik dan cerita fantasi yang menarik. Sama dengan film-film sebelumnya, film ini juga akan mengisahkan tentang bencana alam khas Makoto Shinkai.

Suzume no Tojimari ini mengisahkan tentang perjalanan seorang gadis bernama Suzume, ketika bertemu seorang lelaki bernama Souta, yang sedang mencari pintu rahasia di seluruh wilayah Jepang, di mana pintu tersebut merupakan awal mula terjadinya bencana di sejumlah daerah di Jepang.

Film ini diawali dengan alur normal dan tenang. Kemudian menjadi penuh tekanan saat perjalanan Suzume dengan Souta yang berkelana mencari pintu, berada dalam situasi yang semakin rumit. Plot twist dihadirkan di akhir cerita film. Ini mungkin dapat menyentuh hati penonton dengan rasa terharu.

Ketegangan pertama dimulai saat ada peringatan dini adanya gempa, namun hal berbeda dirasakan oleh Suzume.

Ia justru melihat sebuah asap misterius yang menyerupai cacing raksasa dari kawasan reruntuhan yang sebelumnya ia datangi. Tanpa pikir panjang, ia langsung mendatangi tempat tersebut dan menemukan Souta yang tengah berjuang menutup pintu yang menjadi penyebab munculnya cacing raksasa tersebut.

Souta sendiri adalah seorang juru kunci untuk semua pintu yang merupakan akses dan cikal-bakal kehancuran itu terjadi.

Namun, hal buruk menimpa ketika Souta dikutuk menjadi sebuah kursi kayu oleh seorang kucing misterius. Dari sinilah perjalanan Suzume dan Souta dimulai, untuk mengejar seekor kucing tadi dan juga menutup pintu-pintu untuk mencegah terjadinya gempa.

Dari alur yang tampilkan, film ini menyajikan 2 konflik dan 2 peleraian. Di mana konflik pertama menampilkan saat Suzume dan Soutayang berjuang untuk menutup pintu yang ada di Tokyo. Namun, pintu tersebut berupa pintu masuk dari sebuat terowongan rel kereta api.

Sementara itu, satu hal yang harus dilakukan untuk menutup gerbang Tokyo itu adalah hanya dengan membuat Souta yang masih berupa kursi kayu, berkorban menjadi batu pengunci untuk menahan terjadinya gempa tersebut.

Sedangkan konflik yang kedua, merupakan perjuangan Suzume yang ingin membebaskan Souta dari kutukannya itu. Di ending film ini, penonton dimanjakan dengan kepastian kisah romansa Suzume dan dan Souta.

Tidak hanya dibuat tegang dengan perjuangan Suzume dalam menjegah terjadinya bencana, film ini juga menampilkan komedi yang membuat perut geli. Seperti tingkah lucu kejar-kejaran seekor kucing dengan sebuah kursi kayu berjalan, dan tingkah kocak yang dilakukan oleh Serizawa, temannya Souta.

Meski seringkali perut geli akan tawa dari komedi dalam Suzume, rasa kehilangan yang mendalam dalam film ini juga terasa menusuk hingga ke dalam hati.

Makoto Shinkai memang kerap kali menawarkan perpaduan antara fantasi khasnya, dengan realisme pada kejadian sehari-hari masyarakat.

Mengingat, fakta bahwa film Suzume ini merupakan terinspirasi dari kisah nyata dalam gempa tsunami tahun 2011 silam, yang menewaskan hampir 20.000 orang dan menyebabkan bencana pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.

Film ini mengingatkan kepada penonton, bahwa kehidupan bukan hal yang abadi. Selain itu, juga agar manusia dapat menerima dan berdamai dengan trauma yang ada di masa lalu.

Film ini sangat layak untuk ditonton, selain menampilkan cerita yang menarik, film ini juga didukung dengan visualisasi landscape Jepang yang tergambar sangat indah. (SC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *