Lensa Wisata

Lantunan Tri Sandya yang Menambah Kesan Sakral Pulau Bali

Ketika berkunjung ke Pulau Bali, setiap pagi, siang dan sore hari kita akan mendengar lantunan doa atau mantram di seluruh penjuru. Layaknya adzan dari masjid-masjid. Itu adalah lantunan bait-bait doa tiga malam atau Puja Tri Sandya yang dilaksanakan tiga kali sehari. Pagi pukul enam, siang pukul dua belas dan pukul enam sore.

Mantram Tri Sandya ini dipandang sebagai ibu dari segala mantra umat Hindu. Mantram yang disebut dengan Puja Tri Sandya ini kerap dibaca saat melaksanakan Tri Sandya atau sembahyang tiga kali dalam sehari.

Sembahyang dilakukan bertujuan untuk memuji kemuliaan serta menundukkan diri sebagai rasa bakti terhadap Sang Hyang Widhi Wasa.

Di samping itu, Mantram Tri Sandya juga menjadi permohonan ampun kepada Sang Hyang Widhi lewat dewa dan dewi. Melalui pembacaan mantram tersebut, umat Hindu mengaku bahwa mereka adalah hamba yang lemah dan membutuhkan pengampunan serta perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Adapun dewa dan dewi yang disebutkan dalam Mantram Tri Sandya, yaitu Dewa Siwa, Brahma, Mahadewa, Rudra, Wisnu, Narayana, Bhur, Bhuva svah, dan Purusa. Mantram Tri Sandya dapat dibacakan di mana saja, baik rumah, sekolah, pura, dan lainnya.

Sosok di Balik Lantunan Puja Tri Sandya

Banyak orang yang penasaran dengan sosok di balik suara lantunan Tri Sandya yang khusuk dan berkharisma yang setiap hari diputar di radio dan televisi. Bahkan di desa-desa, lantunan mantram itu rutin diputar.

Adalah Ida Pedanda Gede Made Tembau yang memiliki suara berat yang khas saat melantunkan mantra itu. Hampir seluruh rekaman mantram Puja Tri Sandya adalah suara beliau. Beliau pertama kali merekam suara lantunan Tri Sandya pada tahun 1971 di Radio Republik Indonesia. Pada saat itu ia masih bernama Ida Bagus Gede Diksa.

Sebelum malinggih atau menjadi orang yang berkedudukan luhur, beliau adalah seorang guru SD yang juga aktif sebagai seniman drama gong kelompok Bintang Bali Timur.

Ida Pedanda Gede Made Tembau telah wafat di usia 74 tahun pada 28 Mei 2019.

Sampai akhir hayatnya, Ida Pedanda Gede Made Tembau sudah melakukan empat kali rekaman. Terakhir pada tahun 2016, saat beliau sudah berusia senja.

Penulis: Ara dari berbagai sumber

Editor/redaktur: Rizky/Wara

Baca Juga : https://lensa44.com/lawar-kuwir-khas-bali-yang-halal/

Share