Lensa Manca

Pandemi Dorong Pernikahan Dini di India Meningkat

Pernikahan dini anak bukanlah hal baru. Praktik itu kini masih menghantui anak-anak di bawah umur secara global.

Menurut laporan terbaru badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk anak-anak, UNICEF ada jutaan anak perempuan di seluruh dunia berisiko dipaksa menikah. Angkanya bahkan naik 10%, dari laporan sebelumnya 100 juta anak di seluruh dunia hingga 10 tahun.

Seperti di India, angka pernikahan anak di melonjak tajam tahun 2020. Karantina wilayah yang diberlakukan mendorong sebagian orang tua memaksakan pernikahan dini kepada anak-anak mereka yang masih di bawah umur.

Sebagai contoh, seorang anak perempuan berusia 13 tahun bernama Rani (bukan nama sebenarnya). Melansir BBC, orang tua Rani memaksanya menikah pertengahan tahun lalu.

Rani duduk di kelas delapan saat pemerintah India menerapkan karantina wilayah, Maret 2020. Kebijakan yang memaksa sekolah dan tempat usaha tutup, demi memotong penyebaran virus corona.

Beruntung bagi Rani mendapatkan bantuan dari layanan kontak bantuan khusus anak. Childline mampu menggagalkan pernikahan tersebut.

“Saya tidak tahu kenapa setiap orang tergesa-gesa memaksa saya menikah. Mereka tidak mengerti betapa pentingnya menyelesaikan sekolah, mendapatkan pekerjaan, dan menjadi orang yang independen,” kata Rani.

Di India, perempuan berusia di bawah 18 tahun tidak diperbolehkan menikah. Meski begitu, India adalah negara dengan jumlah pernikahan anak tertinggi di dunia, berdasarkan catatan UNICEF.

Selama karantina wilayah itu, menurut data pemerintah India, lebih dari 10 juta pekerja kembali ke daerah asal mereka di pedesaan. Dalam situasi sulit itu, banyak orang tua di pedesaan menganggap menikahkan anak perempuan mereka akan menjamin kesejahteraan keluarga.

Walaupun India mulai melonggarkan aktivitas publik sejak Juni lalu, perekonomian domestik belum pulih. Sekolah masih ditutup sehingga aktivitas para remaja yang rentan itu berpusat di rumah.

Sementara itu, aduan upaya paksa pernikahan anak meningkat selama Juni-Juli tahun lalu.

Karena sekolah tak diizinkan beroperasi, anak-anak perempuan itu kini tak bisa mengakses ruang aman.

“Di masyarakat dengan kemiskinan ekstrem, anak-anak perempuan tidak didukung untuk bersekolah. Begitu mereka meninggalkan sekolah, sulit untuk meyakinkan keluarga untuk kembali melepas anak mereka,” kata Smita Khanjow, dari Action Aid.

Action Aid selama ini bekerja sama dengan UNICEF untuk mengatasi persoalan pernikahan anak di lima negara bagian India.

Sumber : CNBC

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *