HeadlineLensa Terkini

Profil Franz Magnis Suseno, Saksi Ahli kubu Bharada E di Kasus Brigadir J

Franz Magnis Suseno atau yang kerap dipanggil Romo Magnis Suseno, menjadi salah satu saksi ahli kubu Bharada E dalam sidang Pembunuhan Brigadir J.

Diketahui, tim penasihat hukum terdakwa Richard Eliezer atau Bharada E bakal menghadirkan tiga ahli yang meringankan dalam persidangan kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, hari ini, Senin (26/12).

Penasihat hukum Bharada E, Ronny Talapessy menyatakan, salah satu ahli meringankan yang dihadirkan adalah Franz Magnis Suseno.

Profil Romo Franz Magnis Suseno

Franz Magnis Suseso yang memiliki nama panjang Maria Franz Anton Valerian Benedictus Ferdinand von Magnis ini lebih dikenal dengan nama panggilan Romo Magnis. Ia lahir di Silesia, Jerman, 26 Mei 1936.

Magnis adalah anak pertama dari 6 bersaudara pasangan Dr. Ferdinand Graf von Magnis dan Maria Anna Grafin von Magnis.

Keluarganya termasuk satu dari 14 juta orang Jerman yang saat itu dijadikan balasan atas Perang Dunia II yang dilancarkan Jerman dan diusir dari Eropa Timur.

Pada masa itu, Franz bersama dengan kedua orang tua dan adik-adiknya yang dulunya adalah keluarga bangsawan, harus merasakan tidur dengan perut kosong karena kelaparan setiap malamnya.

Romo Magnis juga diketahui merupakan Direktur Pascasarjana Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat (STF) Driyarkara.

Ia adalah seorang pastor Gereja Katolik, cendekiawan, budayawan dan guru besar filsafat yang juga merupakan seorang anggota Ordo Yesuit di Indonesia.

Romo Magnis telah tinggal dan berkarya di Indonesia sejak 1961 dan pada tahun 1977 resmi menjadi warga negara Indonesia.

Pada tahun 1962–1964, ia menjadi pengurus asrama siswa dan guru agama di Kolese Kanisius di Jakarta. Lalu pada tahun 1964 sampai 1968, ia menjalani studi teologi di Yogyakarta.

Di tahun 1967, ia ditahbiskan imam oleh Kardinal Justinus Darmojuwono, lalu di tahun selanjutnya ia ditugaskan ikut membangun suatu tempat studi filsafat di Jakarta, yang kemudian diberi nama “Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara”.

Sejak 1975, ia juga mengajar di Universitas Indonesia dan selama sembilan tahun di Universitas Katolik Parahyangan Bandung.

Tahun 1988 sampai 1998, ia menjabat sebagai Ketua STF Driyarkara dan 1995–2005 sebagai Direktur Program Pascasarjana. Kemudian tahun 2000, ia diterima sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Lebih lanjut, tahun 2002 ia menerima Doktor honoris causa dari Fakultas Teologi Universitas Luzern (Swis). Lalu 2008–2017 menjabat sebagai Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Driyarkara, penyelenggara STF Driyarkara.

Magnis-Suseno banyak memberi prasaran dan ceramah, muncul dalam berbagai talkshow di televisi dan aktif dalam dialog antar agama.

Sampai sekarang ini, ia masih aktif menulis. Sudah lebih dari 700 karangan populer maupun ilmiah serta 44 buku ia tulis, kebanyakan dalam bahasa Indonesia, terutama di bidang etika, filsafat politik, alam pikiran Jawa dan filsafat ketuhanan.

Di antara berbagai penghargaan yang diterimanya, terdapat Das große Verdienstkreuz des Verdienstordens dari Republik Federasi Jerman di tahun 2001 dan di tahun 2015 Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Republik Indonesia. (SC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *