Update Kasus Gangguan Ginjal Bertambah, 141 Meninggal Dunia
Saat ini Kementerian Kesehatan RI mencatat terdapat 245 kasus gagal ginjal akut. Mayoritas pasien itu merupakan anak-anak, dengan kasus paling banyak adalah bayi di bawah usia lima tahun (balita).
Juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, mengatakan bahwa dari ratusan kasus yang diidentifikasi, 141 di antaranya dinyatakan meninggal. Dengan demikian, fatality rate atau tingkat kematian kasus ini mencapai 57,5%.
Ia mengatakan, data yang diterima Kemenkes merupakan kolektif atau total kumulatif data pasien yang dilaporkan dari 26 provinsi Indonesia.
Namun, Syahril belum membeberkan rincian data dan sebaran kasus terbaru.
Berdasarkan sebaran data sebelumnya, DKI Jakarta menjadi provinsi tertinggi dengan temuan kasus dan kematian penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal, dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia.
Merepon masifnya penyakit itu, Kemenkes pun telah meminta agar masyarakat, terutama orang tua, agar segera membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat, apabila mengalami gejala gangguan ginjal akut progresif atipikal. Salah satu gejala yang paling terlihat adalah penurunan volume buang air kecil (BAK).
Kewaspadaan para orang tua, menurutnya, perlu dilakukan dengan terus memantau jumlah dan warna urin yang pekat atau kecoklatan pada anak.
Apabila urin berkurang atau berjumlah kurang dari 0,5ml/kgBB/jam dalam 6-12 jam atau tidak ada urin selama 6-8 jam maka pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit.
Selanjutnya, pihak rumah sakit diminta melakukan pemeriksaan fungsi ginjal yakni kadar ureum dan kreatinin yang terkandung dalam darah dan urin. Apabila hasilnya menunjukkan adanya peningkatan maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis, evaluasi kemungkinan etiologi dan komplikasi.
Berikut sebaran 245 kasus gagal ginjal akut di 26 provinsi RI:
DKI Jakarta: 55 kasus
Dirawat: 22 kasus
Sembuh: 6 kasus
Meninggal: 27 kasus
Jawa Barat: 34 kasus
Dirawat: 15 kasus
Sembuh: 1 kasus
Meninggal: 18 kasus
Aceh: 28 kasus
Dirawat: 5 kasus
Sembuh: 2 kasus
Meninggal: 21 kasus
Jawa Timur: 27 kasus
Dirawat: 5 kasus
Sembuh: 9 kasus
Meninggal: 13 kasus
Sumatera Barat: 17 kasus
Dirawat: 4 kasus
Sembuh: 3 kasus
Meninggal: 10 kasus
Bali: 15 kasus
Dirawat: 1 kasus
Sembuh: 4 kasus
Meninggal: 10 kasus
Banten: 12 kasus
Dirawat: 1 kasus
Sembuh: 4 kasus
Meninggal: 7 kasus
Sumatera Utara: 12 kasus
Dirawat: 2 kasus
Sembuh: 2 kasus
Meninggal: 8 kasus
Sulawesi Selatan: 8 kasus
Dirawat: 2 kasus
Sembuh: 3 kasus
Meninggal: 3 kasus
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY): 6 kasus
Dirawat: 3 kasus
Sembuh: 1 kasus
Meninggal: 2 kasus
Jawa Tengah: 5 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 2 kasus
Meninggal: 3 kasus
Jambi: 4 kasus
Dirawat: 1 kasus
Sembuh: 1 kasus
Meninggal: 2 kasus
Kalimantan Selatan: 3 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 3 kasus
Kepulauan Riau: 3 Kasus
Dirawat: 1 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 2 kasus
NTB: 2 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 2 kasus
Lampung: 2 kasus
Dirawat: 2 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 0
Sulawesi Tenggara: 2 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 2 kasus
NTT: 2 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 2 kasus
Gorontalo: 1 kasus
Dirawat: 1 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 0 kasus
Sulawesi Utara:1 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 1 kasus
Kepulauan Bangka Belitung: 1 kasus
Dirawat: 1 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 0 kasus
Papua: 1 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 1 kasus
Sumatera Selatan: 1 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 1 kasus
Bengkulu: 1 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 1 kasus
Kalimantan Utara: 1 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal: 1 kasus
Kalimantan Tengah: 1 kasus
Dirawat: 0 kasus
Sembuh: 0 kasus
Meninggal 1 kasus (SK/L44)