Lensa Manca

Tiktok Dituding Curi Keuntungan dari Konten Pengungsi Suriah

Perusahaan aplikasi TikTok dituding telah mengambil keuntungan dari para pengungsi di Suriah, yang melakukan live streaming di akun mereka untuk meminta bantuan dari warganet.

Melansir dari BBC News, Kamis (13/10), TikTok diduga mengambil keuntungan sebesar 70% dari total yang didapatkan. Selain itu, sisa keuntungannya pun masih harus dipotong oleh ‘makelar’ yang telah memfasilitasi mereka dengan ponsel dan jaringan Wi-Fi untuk melakukan streaming.

Sehingga mereka yang berjaga di depan ponsel selama berjam-jam untuk streaming hanya menerima sebagian kecil dari yang seharusnya diperoleh atas usahanya.

Diketahui dalam streaming itu, mereka meminta kepada para penonton untuk memberikan sumbangan berupa hadiah digital dalam bentuk bunga mawar dan singa. Dalam hal ini, bunga mawar bernilai sekitar Rp200 ribu dan singa adalah senilai Rp7 juta.

Hadiah digital yang diperoleh itu nantinya akan mereka tukarkan dalam bentuk uang melalui sebuah kios pengiriman uang di Suriah.

Saat melangsungkan streaming itu, mereka turut serta melibatkan anak-anaknya dan meminta mereka mengucapkan, “Please like, please share, please gift.” Kemudian, para penonton akan memberikan hadiah digital yang mereka kehendaki.

Seharusnya dalam sekali melakukan live streaming, mereka bisa mendapatkan keuntungan lebih dari US$1.000  atau sekitar Rp15,3 juta per jam, dalam bentuk hadiah digital.

Namun, saat ditukarkan di kios pengiriman uang, yang mereka dapatkan sangat jauh dari separuh keuntungannya. Dowkan Hamdan Al-Khodr, salah satu dari mereka, mengaku hanya menerima US$14  atau sekitar Rp215.000, setelah delapan hari.

Padahal keuntungan streaming yang seharusnya lebih banyak dari itu, kata Hamdan, hendak digunakan untuk operasi jantung putrinya.

Sadar namanya disebut, pihak TikTok yang awalnya enggan berkomentar, akhirnya buka suara dengan menyebut bahwa pihaknya tidak mengambil keuntungan atau memanfaatkan para pengungsi itu.

Menurutnya, kebijakan yang sudah berlaku sejak awal, mereka tidak mengizinkan konten semacam itu untuk tampil di publik.

“Kami sangat prihatin dengan informasi dan tuduhan yang disampaikan kepada kami oleh BBC dan telah mengambil tindakan cepat dan tegas. Jenis konten ini tidak diizinkan di platform kami dan kami semakin memperkuat kebijakan global kami seputar mengemis yang dieksploitasi,” katanya. (AKM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *