Lensa Jogja

SMKN 1 Pundong Gelar Deklarasi dan Unjuk Kreasi Anti Perundungan

Deklarasi gerakan anti perundungan yang digelar di SMK Negeri 1 Pundong, dikemas dalam nuansa budaya. Seluruh siswa dan guru yang kompak mengenakan pakaian adat Jawa berkumpul di halaman sekolah pada hari Kamis (17/11).

Dalam deklarasi tersebut ditandai dengan pembakaran kertas bertuliskan sifat-sifat buruk, yang ditulis oleh masing-masing siswa sebagai simbol dan komitmen seluruh siswa dalam menciptakan sikap toleran di lingkungan sekolah.

Komitmen tersebut juga diwujudkan dengan pembubuhan tanda tangan di atas kertas putih oleh seluruh warga sekolah.

Pihaknya juga telah menetapkan kepada tiga siswa, yang nantinya akan menjadi agen perubahan anti perundungan kepada seluruh siswa. Hal ini dilakukan, mengingat peristiwa perundungan yang rentan terjadi di dalam ruang pendidikan mampu menghambat suksesnya kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Dikemas dalam balutan budaya Jawa, pihaknya berharap seluruh siswa maupun guru dapat mengambil sikap dan perilaku masyarakat Jawa yang mengutamakan kerukunan dan nilai-nilai kesopanan dalam berbagai kegiatan. Sehingga, iklim belajar yang menyenangkan dan jauh dari perundungan dapat tercipta.

“SMKN 1 Pundong tercipta kondisi yang aman kemudian tidak terjadi perselisihan diantara warga SMKN 1 Pundong, sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan nyaman. Dan anak-anak juga bisa merasa nyaman berada di sekolah,” tutur Sutopo, selaku Kepala Sekolah SMKN 1 Pundong.

“Dampak perundungannya tu sebenarnya agak besar ya, seperti si korban itu dia merasa gak pede untuk pergi ke sekolah, karena nanti kalau di sekolah ketemu sama dia terus nanti kalau dirundung lagi gimana. Lalu diselimuti rasa gelisah, diselimuti rasa aduh kok dikucilkan, bisa juga berakibat fatal seperti depresi maupun stres,” turut Alhaqsyakta, selaku siswa.

Dalam kegiatan deklarasi anti perundungan tersebut, juga dimeriahkan dengan gelar potensi siswa yang dikemas dalam kirab budaya. Ada yang menampilkan kostum daur ulang plastik, bergaya ala peserta pengajian, hingga berdandan sesuai dengan jurusan kelas masing-masing.

Menempuh jarak lebih dari 3 kilometer, iring-iringan kirab berjalan melintasi area perkampungan dan persawahan sembari mengkampanyekan anti perundungan kepada masyarakat. (JP/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *