Sentra Jamu Kiringan Bakal Dijadikan Desa Wisata Kebugaran
Terkenal sebagai sentral jamu tradisional, Padukuhan Kiringan, Canden, Jetis, Bantul, bakal dijadikan sebagai desa wisata kebugaran, yang saat ini tengah banyak diminati oleh wisatawan manca.
Hal tersebut disampaikan resmi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia yang juga berkomitmen untuk memberikan pendampingan dari hulu hingga hilir.
Ketenaran Padukuhan Kiringan sebagai desa penghasil produk jamu tradisional menarik perhatian BPOM RI untuk berkunjung dan melihat langsung proses pembuatan jamu tradisional tersebut.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, turut mencicipi jamu racikan empon-empon yang disuguhkan dalam mangkuk dari tempurung kelapa.
Melihat potensi yang ada dalam kunjungannya kali ini, pihaknya berkomitmen untuk memberikan pendampingan penuh kepada usaha jamu di Desa Wisata Jamu Kiringan bersama Kementerian Pertanian.
Selain terus mengembangkan inovasi, mereka juga mampu memberikan kontribusi untuk perekonomian Desa Kiringan. Desa tersebut, nantinya akan dikembangkan sebagai Desa Wisata Kebugaran.
“BPOM langsung memberikan pendampingan cara membuat jamu gendong yang baik. Sehingga juga meningkatkan daya saing dan tentunya mendukung wisata kebugaran yang sekarang menjadi prioritas atau pilihan turis untuk bisa mendapatkan wisata sambil mendapatkan kesehatan, kebugaran fisik, dan mental,” ujar Reri Indriani, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM, Kamis (13/10).
Desa Wisata Kiringan telah dikenal sebagai desa penghasil produk jamu tradisional sejak turun temurun. Hampir sebagian besar jamu dijajakan dengan cara berkeliling menggunakan sepeda onthel atau digendong.
Untung pengadaan bahan baku, warga menanam tanaman obat di pekarangan rumah masing-masing meski belum mencukupi semua kebutuhan.
“Kita ingin mengembangkan jamu Kiringan ini dari hulu sampai hilir. Hulunya perlu dibangun, hilirnya sudah ada berupa sentra-sentra industri yang ada di Kiringan. Kalau hulunya itu belum, kita butuh kencur, cengkeh, kunyit, jahe yang sebagian besar didatangkan dari luar,” ungkap Abdul Halim Muslih, Bupati Bantul.
Seiring berjalannya waktu, desa ini kini kian berkembang. Tak sekedar menjajakan jamu secara tradisional, racikan jamu yang disajikan telah diinovasikan dalam berbagai produk siap saji.
Seperti sirup, kapsul, minuman kaleng atau botol, dan produk lainnya akan dikembangkan untuk melayani pemesanan jarak jauh melalui ekspedisi. (JK/L44) edited