Lensa Manca

Respons Kematian Mahsa Amini, Uni Eropa Jatuhkan Sanksi ke Iran

Negara-negara anggota Uni Eropa pada Rabu (12/10) kemarin, telah menyetujui sanksi baru terhadap Iran atas tindakan keras yang berkaitan dengan aksi protes atas kematian Mahsa Amini.

Melansir dari cuitan di akun twitter @vonderleyen, Jumat (14/10) Presiden Komisi Eropa menuliskan bahwa para perempuan di Iran itu sangat pemberani. Mereka berani menuntut kebebasan dan kesetaraan, serta nilai-nilai yang diyakini dan harus diperjuangkan oleh Eropa.

“Kekerasan yang mengejutkan ini tidak bisa dibiarkan tanpa jawaban. Sudah waktunya untuk memberikan sanksi kepada mereka yang bertanggung jawab atas penindasan ini,” tulisnya.

Tidak ada rincian spesifik tentang sanksi apa yang mungkin dikenakan ke Iran.

Namun, menurut kantor berita AFP dan EFE, kesepakatan telah dicapai di antara para diplomat UE dan akan diratifikasi pada pertemuan menteri luar negeri berikutnya, yang akan diadakan di Luksemburg pada hari Senin 17 Oktober 2022 mendatang.

Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada secara terpisah telah menargetkan sektor keamanan rezim Iran sebagai bagian dari sanksi yang mereka berikan terhadap Republik Islam, setelah kematian Mahsa Amini. Perempuan berusia 22 tahun itu meninggal setelah ditangkap oleh polisi moral Iran bulan lalu.

Di antara mereka yang dikenai sanksi oleh Amerika Serikat adalah Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi dan Menteri Komunikasi Eisa Zarepour, serta lima pejabat lainnya. Presiden AS Joe Biden mengatakan, Washington akan meningkatkan tekanan pada pejabat Teheran terkait dengan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.

Sementara itu, menurut laporan, protes atas kematian Amini ini masih berlanjut setidaknya di 19 kota Iran pada Rabu (12/10). Demonstrasi ini disambut dengan pengerahan besar-besaran polisi dan petugas keamanan di seluruh Teheran dan kota-kota lainnya.

Menurut Associated Press, para saksi  mengatakan ada gangguan yang mempengaruhi layanan internet seluler mereka.

Kelompok advokasi NetBlocks juga melaporkan bahwa lalu lintas internet di Iran telah turun menjadi sekitar 25% saja.

“Langkah ini kemungkinan akan semakin membatasi arus informasi yang bebas di tengah protes tersebut,” kata NetBlocks.

Para pengacara juga berdemonstrasi di depan Asosiasi Pengacara Pusat Iran di ibu kota, mereka meneriakkan: “Perempuan, hidup, kebebasan” sebuah slogan yang identik dengan protes. Setidaknya ada tiga pengacara di antara sekitar 24 orang yang ditangkap di Teheran.

Sebelumnya, telah diberitakan, Mahsa Amini ditangkap di Teheran bulan lalu karena diduga melanggar aturan ketat berpakaian Iran untuk perempuan dengan mengenakan jilbabnya terlalu longgar. Dia meninggal pada 16 September 2022, tiga hari setelah dia koma setelah ditangkap.

Hal inilah yang memicu terjadinya protes hingga kerusuhan di beberapa kota di Iran. (SC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *