Protes Seragam Sekolah Tak Sesuai Harga, ASN di Kulon Progo Disekap Satpol PP
Salah satu Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPSN) di Kulon Progo bernama Agung Purnomo mengadu kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta. Dia mengaku bahwa dirinya telah disekap oleh sejumlah oknum di kantor Satpol PP Kulon Progo beberapa waktu lalu.
Dalam keterangannya, Agung mengaku disekap usai memprotes soal seragam sekolah SMAN 1 Wates yang kualitasnya di bawah standar padahal harganya terbilang tinggi.
Menurutnya, kain yang akan digunakan sebagai seragam itu berbahan tipis sehingga jika dipakai baju dalam siswa akan tembus tampak dari luar . Selain itu, kain pun mudah sobek saat terkena knalpot motor.
Agung menambahkan, harga yang dipasang oleh Paguyuban Orang Tua (POT) SMAN 1 Wates mencapai 2 kali lipat dari harga pasaran, yang memang kualitasnya lebih baik.
“Saya hanya bertanya, kenapa dengan uang Rp1,7 juta – Rp1,8 juta kami kok cuma mendapat bahan seperti ini, apakah barang seperti ini barangnya standar, harganya wajar?” kata Agung dikutip dari berbagai sumber, Kamis (6/10).
Tak lama setelah memprotes perkara ini ke pihak terkait, Agung mengaku menerima panggilan untuk datang ke kantor Satpol PP Kulon Progo pada 29 September 2022 lalu.
Memenuhi panggilan itu tanpa khawatir apapun, Agung ditempatkan di sebuah ruangan bersama 2 petugas Satpol PP, pihak dari SMA yakni 1 kepala sekolah dan 2 wakil kepala sekolah, dua orang dari POT dan satu orang dari komite.
Dalam pertemuan itu, kata Agung, ia diberondong pertanyaan terkait aksi protesnya soal seragam yang tak sesuai harga itu. Bahkan, ia mengaku dituduh akan melakukan kegaduhan di sekolah terkait.
“Ini nggak ada hubungannya dengan itu, toh anak saya juga saya sekolahkan di SMAN 1 Wates,” katanya menjawab pertanyaan mereka.
Ia juga menyebut bahwa dirinya hampir tak diizinkan keluar dan pergi apabila tidak memberikan jawaban yang diminta. Meski akhirnya, ia diperbolehkan pulang.
Tak berhenti sampai di situ, berbagai tindakan intimidasi silih berganti menyasar pada Agung, seolah menjadi kelanjutan dari interogasi di kantor Satpol PP itu.
Situasi yang dirasa semakin tak kondusif, Agung pun datang melapor ke LBH Yogyakarta dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) setempat. Bahkan, ia sempat meminta cuti dan membawa keluarganya ke luar kota dengan alasan keamanan.
“Tapi insyaallah saya tidak akan menyerah, saya berjuang bukan untuk saya. Saya seorang ASN dengan jabatan dan gaji setiap bulan tapi ada orangtua miskin yang harus banting tulang demi mendapatkan Rp1,7 jut agar anak-anaknya bisa memiliki seragam seperti yang lain,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Agung pun telah melaporkan sejumlah pihak terkait ke Polda DIY, yakni Kepala Satpol PP dan Kabid Tibum Tranmas Satpol PP Kulon Progo.
Menurut keterangan Polda DIY, kasus ini tengah dalam proses penyelidikan. (AKM/L44)