Lensa Jogja

Polemik Little Tokyo: Kesalahpahaman Antara Warga dan Pengelola Wisata

Warga di Desa Muntuk, Dlingo, akhirnya menjalin kesepakatan dengan pendirian destinasi wisata baru bernuansa Jepang, Little Tokyo, yang sebelumnya kedua belah pihak sempat berseteru lantaran ada kesalapahaman warga akibat rumor miring yang beredar terkait perizinan.

Sempat menuai polemik dengan masyarakat sekitar, pengelola destinasi Little Tokyo (Litto) di Gunung Cilik, Muntuk, Dlingo kini dapat sedikit bernapas lega.

Pasalnya, pihaknya telah menerima sebuah kesepakatan dengan warga yang terdiri dari perwakilan unsur Penggiat Wisata, Pokdarwis, Penggiat Budaya, FPRB, hingga Linmas.

Isi dari kesepakatan itu disampaikan langsung oleh Marsudi, Lurah Muntuk, kepada Winarno, salah satu pendiri Little Tokyo. Diantara poin yang disampaikan, saling sepakat mendukung berbagai kegiatan budaya, ikut berperan meningkatkan PAD dan Bumdes, serta menyelesaikan segala bentuk perizinan yang saat ini masih dalam proses.

Kesepakatan ini setidaknya semakin mempermulus langkah Little Tokyo dalam mewujudkan mimpi besarnya yakni mengembangkan kawasan ini sebagai sebuah investasi berbasis pemberdayaan masyarakat.

Sebelumnya sempat terseok akibat rumor miring yang beredar di masyarakat terkait perizinan yang menimbulkan kesalahpahaman antara warga dan pendirian Litto.

Kesepakatan ini tak terlepas dari peran pemerintah desa yang terus berupaya melakukan jalur mediasi antara investor dan dari berbagai unsur masyarakat. Sehingga, dapat tercipta keselarasan serta sinergi yang baik.

Menilik dari peristiwa ini, forum Pengurangan Risiko Bencana Bantul (FPRB) berharap masyarakat  harus mempunyai kedewasaan menghadapi masuknya investor serta ramah terhadap investasi. Namun, pihak investor juga harus peduli serta memperhatikan manajemen risiko kebencanaan.

Dibangun di atas tanah seluas satu setengah hektar, berada di ketinggian hampir 400 meter di atas permukaan laut, restoran dan resort bergaya Jepang ini mencoba menghadirkan secuil nuansa mini Negeri Sakura.

Mulai dari sajian masakannya, penataan ruang nan sejuk dan rindang, berlatar panorama alam pantai selatan dan pegunungan, serta pemandangan kota Jogja dari ketinggian.

Selain didukung dengan beberapa area bersantai, tempat ini juga disediakan empat kolam renang bersuhu hangat serta didukung fasilitas akomodasi bangunan bercorak Jepang setinggi lima lantai. Berkapasitas 18 kamar untuk menginap dengan pemandangan alam dan hamparan hijau pepohonan yang masih alami. (JKP/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *