HeadlineLensa Jogja

PBIY Tampilkan Busana Ratu Dan Kerabat Kesultanan Yogyakarta

Sebagai kota budaya Yogyakarta terkenal dengan dua kerajaannya yang masih eksis hingga kini dengan melahirkan banyak kebudayaan Jawa yang masih terjaga. Salah satu hasil cipta, karsa dan rasa yang ada ialah busana kebaya yang masih sering dikenakan oleh keluarga keraton dalam berbagai kesempatan.

Eksistensi busana kebaya kian meredup lantaran harus bersaing dengan modernisasi yang dapat dilihat dari minat anak muda mengenakan busana kebesaran tersebut sangat rendah. Untuk mempertahankan eksistensi busana kebaya pada minggu sore di Malioboro mall Yogyakarta sebanyak sebelas busana kebaya milik Keraton Jogja ditampilkan dihadapan publik oleh komunitas perempuan berkebaya Indonesia atau PBIY.

Kebaya yang ditampilkan merupakan busana yang dipakai ratu dan kerabat Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, sejak Sri Sultan Hamengkubuwono VII masih bertahta. Dari 11 kebaya tiga diantaranya masih dikenakan hingga saat ini, sedangkan sisanya sudah tidak terpakai lagi.

Menurut koordinator PBIY, Margaretha Tinuk Suhartini menyatakan, peragaan kebaya kali ini merupakan bagian dari upaya melestarikan budaya Jawa dengan terus memperkenalkannya kepada khalayak ramai. Tinuk, begitu panggilan akrabnya mengajak seluruh perempuan, terutama generasi muda untuk mencintai kebaya mengingat kebaya dapat memancarkan keanggunan perempuan dengan adanya filosofi disetiap lekukan kainnya.

“Mari kita bersama-sama memelihara melestarikan budaya warisan nenek dan ibu kita yang begitu indah dan begitu luhur. Ya busana aja kalau orang Jawa itu semua punya makna, setiap lilitannya itu ada maknanya. Mari kita lestarikan caranya dengan misalnya dengan sering ditampilkan kembali diceritakan ini lho jaman dahulu. Nenekmu ada busana seperti ini. Inikan salah satu hasil cipta rasa dan karsa. Bahwa nenek moyang kita itu sudah pinter sudah luhur jangan sampai apa yang mereka dulu ciptakan kita dilupakan begitu saja. Tergerus oleh modernisasi.” Ucap Margaretha Tinuk Suhartini, Koordinator PBIY.

Peragaan kebaya tersebut menghadirkan 3 kelompok jenis kebaya yang terdiri dari semekan cara (coro) putri dan pesiar. Kebaya tersebut disesuaikan dengan kegiatan ratu dan putri keratin, baik busana sehari-hari menghadiri adat keraton hingga melakukan kunjungan keluar keraton.

Dengan beragamnya kebaya di Yogyakarta salah satu pengunjung mall, Adelin Vena mengaku takjub dan berharap gelaran peragaan busana tersebut dapat sering dilakukan untuk menarik minat generasi muda melestarikan busana kebaya.

“Bagus banget, zaman sekarang itu sudah jarang gitu ada acara – acara kayak begini. Terus kayak aku yang masih muda gitu, oh ternyata jogja itu punya ini tho. Selama inikan kita nggak pernah makai ya. Jadi ya ini memang nambah pengetahuan banget dan kalau bisa sih terus ada ya acara-acara kayak gini ya baguslah menambah pengetahuan dan kita juga melestarikan budaya jogja. Jangan sampai hilang.” Ucap Adeline Vena, pengunjung mall. Untuk menjangkau generasi muda kini busana kebaya telah dimodifikasi menjadi lebih modern yang dapat disesuaikan dengan trend berbusana yang berkembang tanpa mengurangi makna kebaya itu sendiri. (Sna/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *