PBB: Jika Krisis Afganistan Tak Diselesaikan, Bisa Picu Ekstremisme
Deborah lyons, Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Afganistan mengatakan krisis keuangan saat ini sedang terjadi di Afghanistan dapat memicu risiko ekstremisme kepada Dewan Keamanan PBB.
“Realitas situasi saat ini mengancam meningkatnya risiko ekstremisme,” kata Deborah Lyons, Utusan PBB untuk Afghanistan, mengutip dari AFP pada Jumat (19/11).
Ia mengatakan kondisi ekonomi negara yang kian mengancam bisa menimbulkan, obat-obatan terlarang, aliran senjata dan perdagangan manusia kemungkinan akan melonjak.
Pernyataan Lyons muncul usai Taliban mendesak agar Amerika Serikat mencairkan aset yang telah dibekukan.
Amir Khan Muttaqi, Menteri Luar Negeri Afghanistan versi Taliban, mengatakan tantangan besar yang dihadapi Kabul adalah masalah keuangan.
“Akar dari kekhawatiran ini merujuk kembali pada pembekuan aset rakyat kami oleh pemerintah Amerika,” ujar Muttaqi.
Washington sendiri menyita USD9,5 miliar aset milik bank sentral Afghanistan, sementara di negara-negara Eropa seperti di Bank for International Settlements, aset negara itu ditaksir mencapai US$1,3 miliar (Rp18,5 triliun).
Ini menyebabkan ekonomi negara itu tidak bisa berjalan dan hanya bergantung pada bantuan internasional. Bahkan kemampuan membayar pegawai negeri tidak bisa dilakukan berbulan-bulan dan tidak mampu mengimpor apapun.
“Jika situasi ini terus terjadi, pemerintah Afghanistan dan masyarakat akan menghadapi masalah dan akan menjadi penyebab dari migrasi massal di wilayah ini dan dunia, pun juga akan menyebabkan masalah kemanusiaan dan ekonomi,” kata Muttaqi.
Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada Agustus lalu, negara-negara Barat menangguhkan hubungan dengan Afghanistan, termasuk aliran bantuan dan pembekuan aset-aset negara tersebut.
Shah Mehrabi, Pejabat Tinggi Bank Sentral Afghanistan, mengatakan situasi keuangan Afghanistan kini semakin putus asa karena jumlah kas uang tunai yang dipegang semakin berkurang.
Mehrabi bahkan mengatakan rezim Taliban hanya memiliki uang tunai yang cukup untuk menjaga Afghanistan kira-kira hanya sampai akhir 2021 saja. (MRS/L44)