Lensa Jogja

Ombudsman Goes To School Atasi Maraknya Kasus Perundungan di Sekolah

Kasus bullying atau perundungan masih kerap terjadi, utamanya di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh sebab itu, Ombudsman Republik Indonesia perwakilan DIY mengadakan penyuluhan melalui kegiatan Ombudsman Goes to School, agar siswa siswi lebih peduli tentang masalah perundungan.

Hal itu, tentu tak lepas dari penyebab dampak dari bullying sendiri, yang sangat mengancam sisi psikologis para korban, bahkan tak sedikit dari mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Dihadiri oleh Ombudsman Republik Indonesia perwakilan DIY Balai Penjamin Mutu Pendidikan, Disdikpora DIY dan Balai Guru Penggerak, serta 100 siswa kelas sepuluh dari SMA Negeri 11 Yogyakarta, acara itu mengambil tema yakni anti bullying dan intoleransi .

Kegiatan tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan kepada siswa terutama kelas 10 agar lebih peduli mengenai masalah perundungan. Siswa juga diarahkan untuk melakukan pelaporan jika menemukan kasus bullying di sekitarnya.

“Ya sebetulnya kalau Ombudsman goes to school ini merupakan program kita ya sebelumnya memang kita juga adakan di SMA lain. Kebetulan tema ini terkait bullying memang kemarin ada kasus terkait bullying sehingga kami harapkan dengan adanya Ombudsman Goes to School ini kalau ada kasus bullying teman-teman siswa itu lebih memahami bahwa tindakan itu termasuk tindakan tidak sehat, yang di mana dan dengan adanya ini jika ada tindakan bullying, mereka tau akan lapor kemana,” ungkap Chasidin selaku Kepala Keasistenan Pencegahan Ombudsman RI DIY.

Beragam masalah menjadi pemicu terjadinya perundungan seperti, masalah pribadi, tingkat ekonomi keluarga, selisih paham antar kelompok yang bisa memicu perkelahian atau kekerasan.

Padahal, masalah-masalah tersebut bisa diredam dengan saling duduk dan diskusi bersama agar saling memahami sehingga tidak menimbulkan perundungan.

“Ya siswa kan masih pelajar dan itu kasusnya banyak sekali tentang pembulian, perundungan kadang sampai ada yang kekerasan dari satu sama lain. Jadi kita mikir kita cari tema yang aman yang ada di lingkungan sekitar. Biasanya itu kalau gak masalah pribadi masalah komunitas-komunitas yang gak jelas kayak gitu, kayak geng satu dengan yang lain. Lalu bawa-bawa ekonomi atau bawa-bawa hal-hal yang pribadi, lalu saling menyerang dengan komunitas yang lain lalu terjadi tawuran,” kata Afifah Ika Gustianta selaku Koordinator Sahabat Ombudsman RI DIY.

Pihak sekolah pun memiliki peran utama dalam problematika ini, mengingat sekolah memiliki tugas yang penting dalam membentuk karakter siswa baik dari sisi akademis maupun perilaku. (AN/L44) edited

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *