Lensa Jogja

New Antasena Kenalkan Seni Jathilan Kepada Anak-Anak Milineal

Kelompok pemuda peduli kesenian yakni New Antasena menyelenggarakan pentas seni Jathilan di dusun Kayen, desa Wedomartani, kecamatan Ngemplak, kabupaten Sleman pada sabtu siang.

Kelompok yang beranggotakan 60 orang ini mementaskan seni Jathilan yang bertujuan untuk mengenalkan budaya kesenian kepada anak-anak milineal. Dimana saat ini anak-anak lebih sering bermain gadget dibanding untuk menyaksikan dan mengenal kesenian yang ada di masyarakat. Kegiatan ini sekaligus sebagai ajang melestarikan budaya daerah setempat agar kebudayaan yang dimiliki tidak punah dan sirna ditelan peradaban.

Kesenian Jathilan merupakan kesenian yang telah lama dikenal oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Kesenian Jathilan juga dikenal dengan nama Kuda Lumping, Jaran Kepang dan Kuda Kepang.

Jathilan berasal dari kalimat bahasa jawa “jaranne jan thil-thillan tenan” yang mempunyai arti kudanya benar-benar joget tak beraturan. Ini memang bisa dilihat ketika para penari telah kerasukan.

Menceritakan tentang sosok prajurit berkuda yang gagah berani melawan penjajah Belanda. Dalam kesenian jathilan menampilkan sosok prajurit yang berpenampilan mirip dengan jaman kerajaan dahulu dan gerakan tari diiringi dengan alunan bunyi gamelan serta lantunan suara sinden atau penyanyi.

Pada mulanya penari nampak lemah gemulai dalam menggerakkan badan namun seiring waktu berjalan para penari menjadi kerasukan roh halus. Karena kerasukan para penari Jathilan hampir tidak sadar terhadap apa yang diperbuatnya, gerakan tariannya pun mulai tak teratur.

Dalam pentas ini keberadaan pawang menjadi penting karena memiliki peran serta tanggung jawab yang mengendalikan jalannya pertunjukkan dan menyembuhkan pada penari yang kerasukan.

Dalam pementasan kesenian Jathilan ini menampilkan 3 babak, yang pertama babak Antasena Putri, yang kedua babak Satriyo Panji Anom dan yang ketiga babak Antasena Putra.

“Ya sekarang anak-anak jaman modern kebanyakan sekarang anak-anak pada main gadget main hp nah kita disini memperkenalkan gimana to caranya anak-anak itu tahu seni dan nasal-usul seni itu dari mana nah itu kami perkenalkan melalui pentas Jathilan ini supaya mereka termotivasi dan bisa mempelajari apa to itu jathilan dan apa to alat musiknya, nah itu.” Ucap Niko aji saputra, ketua panitia.

“Dan tentunya kami memberikan apresiasi dan juga bersyukur mudah-mudahan kegiatan ini bisa membumi bisa menjadi iconnya khusunya padukuhan blontang karena saya yakin ada kesenian yang lain yang mungkin belum tergugah dan ini juga untuk melestarikan mendudah yang ada didalam sana.” Lanjut Selamet, sekertaris camat Ngemplak.

Meskipun diselenggarakan di tengah pandemi covid 19, penyelenggaraan kesenian Jathilan ini menyedot antusias banyak anak dan orang tua dan juga tetap menerapkan protokol kesehatan. Penyelenggaraan pentas seni Jathilan ini tidak hanya sebagai sarana hiburan rakyat setempat, namun juga sebagai ajang pengenalan budaya kesenian kepada anak-anak sehingga pentas seni Jathilan dapat tetap lestari. (Plp/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *