Sikap Menparekraf Soal Oknum Pelaku Wisata “Nuthuk” Wisatawan
Beberapa pekan terakhir dunia pariwisata Yogyakarta ramai dibicarakan di sosial media. Sebelumnya terdapat beberapa hal viral terkait keluhan wisatawan di Yogyakarta yang menjadi korban pelaku wisata ‘nuthuk’ harga.
Yang pertama adalah video keluhan dari wisatawan yang menghabiskan 37 ribu hanya untuk memakan satu porsi pecel lele di area Malioboro. Harga pecel lele tersebut jauh diatas harga satu porsi pecel lele seperti biasanya, yaitu sekitar 15 hingga 18 ribu rupiah.

Selain pecel lele, oknum tukang parkir di Yogyakarta juga sempat ramai dibicarakan netizen, sebuah unggahan mengeluhkan mahalnya harga parkir di titik 0 kilometer. Dimana wisatawan dengan menggunakan mobil ditarik harga 20 ribu rupiah untuk parkir.
Setelah pecel lele dan karcis parkir mahal, baru – baru ini curhatan wisatawan yang dipaksa menyewa jeep untuk mengunjungi petilasan mbah Maridjan juga ramai dibicarakan. Unggahan wisatawan asal Klaten ini mengeluhkan soal dirinya yang tidak diperbolehkan naik ke petilasan mbah Maridjan dengan menggunakan mobil pribadi.
Wisatawan tersebut diwajibkan untuk menyewa mobil jeep dengan harga 350 hingga 500 ribu rupiah, sementara itu ia mengaku melihat kendaraan bermotor dan mobil berplat AB diperbolehkan untuk naik mengunjungi petilasan mbah Maridjan.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno angkat bicara. Sandiaga Uno mengatakan akan memberikan teguran hingga sanksi kepada oknum pelaku pariwisata yang melakukan tindakan merugikan wisatawan.
“Tugas kami dipemerintah adalah selain memberikan sosialisasi dan edukasi, adalah memberikan pendampingan. Karena hal-hal yang negatif seperti nuthuk dan lain sebagainya itu, merupakan satu kegiatan yang mencoreng wajah pariwisata di suatu daerah terutama di Yogyakarta. Oleh karena itu kita akan memberikan teguran secara tegas. Kita akan memberikan juga pendampingan karena konsepnya adalah reward dan punishment.” Jelas : Sandiaga Uno, Menparekraf.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menegaskan bahwa pariwisata yang berkelanjutan berkah dan memanjang itu adalah jika para wisatawannya puas dan nyaman. Jika wisatawan diketok dampaknya bukan hanya wisatawan tidak akan kembali lagi namun juga dapat menimbulkan buah bibir di masyarakat untuk jangan mengunjungi tempat wisata tersebut.
Jika oknum pelaku wisata masih terus melakukan hal merugikan terhadap wisatawan seperti harga ‘nuthuk’ Kemenparekraft akan mengambil tindakan tegas secara hokum. (Umw/L44)