Mengenal Batik Nitik Asli Bantul, Bersertifikat Indikasi Geografis
Selain batik tulis, ada satu lagi kearifan lokal khas Yogyakarta, yakni Batik Nitik asal Kalurahan Trimulyo, Jetis, Bantul. Bahan serta alat yang digunakan hampir sama, hanya tekniknya yang berbeda.
Pola batik yang tersusun pada kain digoreskan menggunakan canting dengan cara dititik, bukan diseret atau dalam bahasa Jawa disebut nitik. Sedangkan, canting yang digunakan dibelah menjadi empat bagian pada ujungnya. Sehingga, cairan malam yang digoreskan akan membentuk motif yang unik pada kain.
Batik Nitik sendiri menjadi satu-satunya motif batik tulis yang telah memiliki Hak Kekayaan Intelektual atau HAKI sebagai indikasi geografis oleh Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia karena memiliki ciri khas yang berbeda dengan batik pada umumnya.
Baik kisah sejarahnya maupun teknik dan alat yang digunakan, dengan indikasi geografis ini akan menjamin kualitas Batik Nitik Bantul sebagai produk yang asli Daerah Istimewa Yogyakarta.
Meski terbilang unik, tak heran jika teknik yang dikembangkan pada masa pemerintahan Hamengku Buwono VII ini memiliki nilai tersendiri di kalangan pecinta batik, baik nilai sejarahnya maupun kecantikan motif batik yang dilahirkan.
Sedikitnya, ada lebih dari 70 motif yang berhasil dikembangkan dari teknik nitik ini. Eksistensi pelestarian Batik Nitik ini turut dipamerkan pada acara gebyar Batik Nitik yang digelar di Balaidesa Trimulyo, Jetis, Bantul.
Digelar selama tiga hari pada 23-25 November, melalui acara ini diharapkan karya pengrajin Dusun Kembangsongo dapat dikenal lebih luas hingga ranah internasional.
Penetapan batik ini sebagai haki indikasi geografis wilayah DIY menjadi asa baru sekaligus sebagai simbol kick off pengembangan Batik Tulis Nitik. Reputasi suatu kawasan indikasi geografis akan ikut terangkat.
Selain itu, keberadaan Batik Nitik juga dapat melestarikan keindahan alam yang akan berdampak pada pengembangan agrowisata. (Tim Liputan/L44)
