Lensa Jogja

Melalui Goresan Kanvas, Perupa Yogyakarta Kenang 100 Hari Wafat Azwar AN

Warna-warni goresan di atas kanvas tertuang sangat epic, dengan pesona sosok Azwar AN yang terlihat gagah di dalamnya.

Aksi melukis ini,  merupakan wujud dedikasi para perupa di Yogyakarta untuk mengenang sosok Azwar AN, seorang seniman yang berprofesi sebagai sutradara dan pelakon teater kondang di Indonesia.

Kegiatan melukis bersama kali ini, diikuti sekitar 113 pelukis yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya. Kegiatan ini, juga merupakan salah satu rangkaian acara seratus mantra theater alam, yang terselenggara di taman budaya Yogyakarta, dalam rangka mengenang 100 hari wafatnya seniman Azwar AN.

Seperti diketahui Azwar AN merupakan sosok yang tak lepas dari dunia seni, utamanya seni teater. Di awal karirnya, Azwar AN sempat bergabung dengan beberapa teater kondang Indonesia. Namanya kian melejit, sehingga akhirnya ia mendirikan teater alam di Yogyakarta. Bahkan sang maestro teater ini, juga salah seorang pelopor teater kontemporer di Indonesia.

Karya demi karya telah ditorehkan oleh seniman berbakat kelahiran Palembang ini. SELAIN aktif dalam dunia teater, Azwar AN juga terjun menggeluti dunia sutradara dan perfilman pada tahun 1974.

Bahkan, ia juga sempat menjadi pemain dan asisten sutradara dalam film kondang, berjudul Bing Slamet Koboi Cengeng. Tentu sosok Azwar AN merupakan seniman yang tak asing lagi di kancah perfilman dan dunia teater tanah air. Maka melalui kegiatan ini, para perupa di Yogyakarta ingin meneruskan dan mencontoh semangat juangnya dalam berkarya.

Pada momentum melukis kali ini, para perupa bebas berkarya dengan teknis dan karakter masing-masing, untuk melukiskan atau mengekspresikan sosok Azwar AN dan kehidupannya diatas kanvas putih. Ada yang melukis dengan gaya realis, ada juga yang melukis dengan gaya impresionis, hingga gaya abstrak.

Di antara banyaknya perupa yang melukiskan wajah sosok Azwar AN, ada yang nampak berbeda. Ya, tak melukis paras Azwar AN, namun perupa Endang Apriyanto turut melukis dua topeng dengan raut sedih dan gembira.

Menariknya, berbeda dengan perupa lainnya yang menggoreskan cat, Endang menuangkan karyanya dengan teknik batik ciprat kontemporer, lengkap dengan malam yang ia lekatkan di atas kanvas.

Menurutnya, dunia teater yang digeluti oleh Azwar AN, ia ibaratkan dengan simbol topeng yang digambarnya. Karyanya terinspirasi dengan filosofi teater, yang sejak zaman yunani erat diibaratkan dengan dua topeng, berparas cemberut dan paras tersenyum.

Ya, karya lukisannya ini juga ia ibaratkan sebagai panggung teater. Warna-warni cerah yang terbalut, hadir sebagai makna panggung problematika yang ada didalamnya. Sama halnya seperti dunia Azwar AN, yang sangat melekat dengan panggung teater, sebagai dunia yang membesarkan namanya, sehingga karya Azwar AN dapat diteladani dan terkenang sepanjang masa.

Dengan dedikasinya ini, ia berharap teladan dan semangat dari sosok Azwar AN dapat menjadi panutan pegiat seni dan budaya, utamanya para perupa di Yogyakarta, untuk tak lelah dalam berkarya meski usia sudah menginjak senja.

Tentu saja, kegiatan ini sekaligus menjadi wadah silaturahmi bagi para perupa di Yogyakarta. Diharapkan, adanya kegiatan ini dapat menjadi pemantik para pegiat seni dan budaya, untuk tetap semangat berkarya dan berekspresi, meski di tengah pandemi Covid-19 yang masih menghantui. (DA/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *