Lensa Jogja

Madumongso, Kue Tradisional Laris Manis Menjelang Lebaran

Mendekati Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriyah, berbagai jajanan khas lebaran telah mulai ramai diproduksi, salah satunya Madumongso camilan bertektur legit manis, yang terbuat dari tape ketan sebagai bahan dasarnya.

Madumongso Bagaskoro di desa wisata Ngringinan, Palbapang, Bantul ini salah satunya. Meski masih dalam sauasana pandemi selama bulan Ramadhan kali ini, Emelia Andriyani selaku pengolah dan penjual Madumongso berlabel Baskoro tersebut justru mengaku kebanjiran pesanan.

Jika dalam hari-hari biasa emelia memproduksi 50 kilogram Madumongso menjelang lebaran ini mampu memproduksi hampir 700 kilogram dalam 2 pekan terakhir, melonjak, 600%

Dalam penjualannya dikemas menjadi 3 jenis. Kemasan mika kecil setengah kilogram seharga 23 ribu rupiah dan kemasan 1 kilogram isi 55 biji seharga 45 ribu rupiah.

Sementara untuk kemasan toples dibanderol harga mulai dari 27 ribu rupiah hingga 50 ribu rupiah. Kebanyakan pesanan datang dari Denpasar Bali, Batam, Surabaya hingga Jabotabek sebagai oleh-oleh lebaran.

Kunci dari kesuksesan Emelia tak terlepas dari peran sang suami, yakni dengan menyiasati pola pemasaran dengan memanfaatkan sejumlah pasar online, sehingga usaha yang digelutinya ini masih mampu bertahan ditengah terpaan badai pandemi covid-19.

Proses pembuatan Madumongso diawali dengan pembuatan tape ketan sebagai bahan utama makanan ini, selanjutnya pembuatan enten-enten berbahan parutan kelapa muda dan gula jawa, dan terakhir memasak kedua bahan dasar tersebut diatas tungku kayu bakar dengan api yang harus selalu terjaga.

Dari setiap 6 kilogram adonan mampu menghasilkan 15 kilogram Madumongso. Dirintis sejak tahun 2005 lalu, rumah produksi ini masih mempertahankan saat ini Madumongso Bagaskoro telah memiliki 6 orang karyawan.  

Dua orang diantaranya memiliki peran khusus sebagai peracik dan pengaduk Madumongso yang sedang dimasak. Keseluruhan proses produksi masih mempertahankan teknik konvensional sebagai ciri khas rumah produksi Madumongso Bagaskoro.

Untuk memperoleh hasil cita rasa dan tekstur yang maksimal prosesnya pengadukan cukup memakan waktu hingga dua jam tanpa henti sampai adonan berwarna coklat tua, setelah didinginkan barulah proses pencetakan. Adonan dibentuk bulatan menyerupai bakso kemudian dibungku plastik untuk, mempertindah tampilan kemasannya pun dibuat berwarna-warni, menurut sejarahnya makanan tradisional ini sudah ada sejak jaman Mataram Hindu di abad ke 7. Jika dahulu biasa disajikan untuk raja dan bangsawan, kini menjadi suguhan favorit saat lebaran atau momen hajatan serta oleh-oleh saat liburan. (Jkp/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *