Lensa Manca

Korsel Rayu Indonesia Untuk Kembali Dalam Program Jet Tempur KFX

Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid angkat suara perihal kelanjutan pengembangan pesawat tempur Korean Fighter Xperiment (KFX) dan Indonesia Fighter Xperiment (IFX) kerja sama pemerintah Korsel dan Indonesia. Menurut dia, pengembangan itu masih terus berlanjut.

“Untuk jet fighter ini masih di dalam renegotiating process. Jadi sedang ada negoisasi ulang. Tadi pihak Kemenhan Korea Selatan menyampaikan agar apa namanya mereka bersedia melakukan renegosiasi.” ujar Meutya dikutip pemberitaan Sekretariat Jenderal DPR RI, Kamis (18/3).

Menurut dia, kerja sama antarnegara harus terus ditingkatkan di masa pandemi Covid-19.

“Terutama dengan negara-negara yang kita anggap friends of Indonesia atau teman baiknya Indonesia termasuk Korea Selatan,” kata politikus Partai Golkar itu.

Hal senada disampaikan Juru Bicara Menteri Pertahanan Dahnil Anzar Simanjuntak. Ia memastikan negosiasi antarkedua negara masih berjalan.

“Kita terus dalam proses renegoisasi kelanjutan kerjasamanya,” katanya kepada CNBC ketika ditanya perihal status Indonesia dalam pengerjaan proyek, Rabu (17/3).

Seperti diberitakan CNBC Indonesia, Korsel diam-diam menyelesaikan pembuatan jet tempur canggih KFX. Kabar terbaru, Indonesia diundang untuk menyaksikan peluncuran jet tempur generasi 4,5 ini.

Hal itu terungkap saat Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menerima Courtesy Call (CC) Minister of Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan Gang Eun-Ho bertempat di Subden Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (16/03).

Seperti dilansir laman resmi TNI, Selasa (16/3/2021), dalam kegiatan Courtesy Call tersebut, kedua belah pihak membahas kerja sama industri pertahanan.

“Sekaligus menyampaikan surat undangan dari pemerintah Korsel kepada Panglima TNI untuk menghadiri acara peluncuran pengembangan pesawat tempur Korean Fighter Xperiment (KFX) dan Indonesia Fighter Xperiment (IFX) kerja sama pemerintah Korsel dan Indonesia,” tulis Puspen TNI.

Dilansir dari koreajoongangdaily, proyek pesawat itu disebut-sebut merupakan proyek militer termahal dalam sejarah Korsel, dengan banderol harga sekitar 8,5 triliun won untuk pengembangan saja. Sekitar 1,6 triliun won atau 20%, harus dibayar oleh Indonesia karena terlibat dalam proyek.

Pembayaran tersebut akan dilakukan secara bertahap. DAPA telah memberi laporan ke Majelis Nasional bahwa Indonesia hanya membayar 227,2 miliar won dari 831,6 miliar won yang dijanjikan untuk tahun ini.

Fokus anggaran Indonesia memang terbelah setelah Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mengatakan mulai tahun ini hingga 2024, TNI AU akan segera merealisasikan akuisisi berbagai alutsista modern secara bertahap, dua di antaranya pesawat multi-role combat aircraft, F-15 EX dan Dassault Rafale.

“Mulai tahun ini hingga tahun 2024, kita akan segera merealisasikan akuisisi berbagai alutsista modern secara bertahap. Beberapa di antara alutsista tersebut adalah pesawat multi-role combat aircraftF-15 EX dan Dassault Rafale, Radar GCI4, pesawat berkemampuan Airborne Early Warning, pesawat tanker yakni Multi Role Tanker Transport, pesawat angkut C-130 J, UCAV berkemampuan MALE dan berbagai alutsista lainnya,” kata Fadjar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo dalam keterangan resminya, Jumat (19/2).

(Sumber : CNBC)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *