Lensa Manca

Kerusuhan Pecah di Iran, Peringati 40 Hari Kematian Mahsa Amini

Kerusuhan skala nasional akibat kematian Mahsa Amini masih terus berlanjut di Iran sampai saat ini. Ribuan orang berkumpul di sekitar makam perempuan Kurdi itu, tepat 40 hari sejak kematiannya. Hal ini menyebabkan bentrok dengan aparat keamanan.

Dari bentrokan tersebut, pada Rabu (26/10), sedikitnya ada 15 orang tewas dalam serangan di sebuah situs suci milik kelompok Syiah, di Kota Shiraz dan beberapa daerah lainnya.

Sebuah kelompok hak asasi manusia serta saksi mata, mengatakan bahwa polisi menembakkan peluru tajam dan gas air mata ke arah massa di kota itu.

Pasukan keamanan dikerahkan di Saqqez dan wilayah-wilayah lain di Provinsi Kurdistan, untuk mengantisipasi demonstrasi pada hari berkabung ke-40 untuk Amini yang biasa diperingati oleh masyarakat Iran.

Dari video-video yang tersebar di media sosial, menunjukkan ribuan pelayat berjalan di sepanjang jalan, melintasi lapangan dan menyeberangi sungai untuk menghindari penghalang jalan demi mencapai makam Amini.

Banyak juga yang meneriakkan “Perempuan, hidup, kebebasan” dan “Matilah diktator”, hal itu merupakan dua nyanyian khas pengunjuk rasa tersebut.

Selain di kota Shiraz dan Saqqez, bentrokan dengan aparat juga terjadi di daerah-daerah yang banyak dihuni oleh etnis Kurdi.

Kelompok pembela hak asasi Kurdi, Hengaw, melaporkan sedikitnya ada 50 orang luka-luka di Kota Sanandaj, Marivan, Divandareh, Bukan, Mahabad, dan ibu kota Teheran akibat kerusuhan pada Rabu pekan ini.

Melansir dari kantor berita Reuters, pada Kamis (27/10), Kelompok hak asasi manusia Kurdi, Hengaw, yang berbasis di Norwegia, mencuit bahwa para peserta aksi juga berjalan menuju kantor pemerintah provinsi di Saqqez. Selain itu, aparat juga telah menembaki orang-orang di alun-alun Zindan.

“Polisi anti huru hara menembak pelayat yang berkumpul di makam. Puluhan orang telah ditangkap,” tulisnya dalam keterangan.

Aksi unjuk rasa ini telah melanda Iran sejak Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun itu meninggal pada 16 September 2022 lalu. Sebelum itu, dia telah ditahan selama tiga hari oleh polisi moral di Teheran, ibu kota Iran, lalu koma setelah pingsan di pusat penahanan.

Ada laporan yang menyebut bahwa petugas polisi memukulinya dengan tongkat dan membenturkan kepalanya ke sebuah kendaraan. Namun, polisi membantah penganiayaan itu dan mengatakan Amini mengalami serangan jantung. (SC/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *