Lensa Jogja

Jadi Benteng Spiritual, Masjid Plosokuning Tetap Lestarikan Tradisi HB I

Berbicara mengenai sejarah di Yogyakarta seperti tidak akan ada habisnya. Banyak bangunan peninggalan sejarah di bumi Mataram yang masih dilestarikan hingga saat ini bahkan sebagian masih dimanfaatkan untuk berkegiatan. (22/4)

Salah satunya masjid Jami Pathok Negoro Plosokuning yang berada di jalan Plosokuning nomor 99, Minomartani, Ngaglik, Sleman Yogyakarta. Sesuai dengan namanya masjid Pathok Negoro menjadi penanda batas keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibangun di 4 penjuru mata angina, yakni berada di Plosokuning, Mlangi, Dongkelan serta Babadan.

Masjid Plosokuning berdiri di wilayah bagian utara keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibangun sekitar tahun 1758 silam. Pembangunan masjid Pathok Negoro Plosokuning diperintah langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono pertama yang berkuasa pada saat itu.

Masjid yang dibangun diatas tanah seluas 3 ribu meter persegi tersebut awalnya dibangun untuk dijadikan benteng pertahanan baik secara fisik maupun spiritual. Menurut takmir masjid Plosokuning, Muhammad Kamaludin menyatakan masjid Plosokuning kini hanya berfungsi sebagai benteng pertahanan spiritual saja yang dibuktikan dengan masih diadakannya tradisi dan kegiatan keagamaan dimasjid yang memiliki corak kuning dan hijau tersebut.

“Kalau fungsinya, dulu ya pertahanan, pertahanan fisik kemudian pertahanan spiritual. Kalau sampai sekarang ya fisik sudah ndak ya, sudah diambil alih oleh TNI karena kita sudah merdeka. Kemudian kalau sprititual masih. Jadi, disini semacam penguatan spiritual bagi keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bahkan sampai sekarang masih ada abdi dalem yang ditugaskan diberi wewenang di masjid Pathok Negoro ini. Sampai sekarang ada 8 orang.” Jelas Muhammad Kamaludin, Takmir masjid Plosokuning.

Bentuk bangunan masjid Plosokuning kental dengan arsitektur Jawa, dimana ruang utama masjid dibangun dengan gaya joglo yang dimanfaatkan untuk ibadah utama seperti sholat 5 waktu. Sedangkan bagian terasnya didirikan dengan mengusung gaya limas yang digunakan jamaah untuk pengajian, tempat musyawarah hingga melangsungkan pernikahan.

Didepan masjid Plosokuning dikelilingi oleh sebuah kolam yang digunakan untuk mensucikan kaki sebelum memasuki masjid yang telah berusia ratusan tahun tersebut. Adanya kolam tersebut memiliki arti samudra yang mengingatkan manusia untuk memiliki hati yang lapang seluas samudra.

Selain itu disekitar lingkungan masjid juga ditanami tanaman sawo kecik untuk mengingatkan manusia untuk selalu berbuat baik dimanapun berada. Sedangkan dipuncak atap masjid juga diletakkan mahkota dari tanah liat dengan huruf Alif yang menjulang ke langit atas untuk menyadarkan manusia bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah.

Masjid Plosokuning menjadi salah satu masjid yang makmur jika dibandingkan dengan masjid Patok Negoro lainnya. Tradisi dan kegiatan dari masa kekuasaan Sri Sultan Hamengkubuwono pertama masih terus dijalankan berkat rasa cinta dan bangga warga sekitar atas dibangunnya salah satu masjid tertua di Yogyakarta tersebut dilingkungan mereka.

“Jadi, masyarakat sini bangga sekali dengan adanya masjid ini. Rasa bangga itulah yang menjadikan masyarakat sini apa namanya dengan penuh senang suka itu ikhlas itu datang ke masjid kalau istilahnya orang jawa pelapasan mungkin habis bekerja datang ke masjid dengan senang. Ibadah dengan cara senang, mungkin kita apa namanya bahkan kita sediakan tempat untuk duduk-duduk bersilaturahim. Nanti didean ada tempat semcam angkringan yang nanti untuk mbak mbak bisa lihat disana ada orang orang bersilaturahim dari pagi siang malam bahkan sampai pagi lagi.” Lanjut Muhammad Kamaludin, Takmir masjid Plosokuning.

Bentuk bangunan masjid Pathok Negoro Plosokuning tidak mengalami perubahan dan masih sama saat pertama masjid tersebut didirikan. Masjid Plosokuning masuk kedalam cagar budaya dimana perawatan bangunan fisik sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga keaslian bangunan masjid. (Sna/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *