Ini Dia Kunci Bertahan Hidup Selama Pandemi
Hingga awal tahun 2021, kabupaten Sleman masih dikepung 2 bencana baik bencana non alam, yakni mewabahnya Virus Corona, serta bencana alam meningkatnya aktivitas gunung Merapi. 2 bencana tersebut sangat memengaruhi kehidupan masyarakat di lereng gunung Merapi, terutama berdampak kepada para pelaku pariwisata dan pelaku ekonomi kecil. (26/01/2021)
Seperti yang dialami Safitri seorang penjual sate kelinci yang berlokasi di jalan raya Merapi Golf, Gambretan, Kapanewon Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Meski lokasi usahanya berada di radius aman letusan gunung merapi, ibu 2 anak tersebut mengaku usahanya kini sepi seiring dengan sedikitnya wisatawan yang datang ke wilayah cangkringan.
Sebelum pandemi COVID 19, usaha warung makan olahan daging kelinci tersebut selalu diburu para pelanggan maupun wisatawan dimana tengkleng kelinci merupakan menu andalan yang paling banyak dicari. Bahkan Safitri mampu menjual hingga lima puluh porsi atau sekitar lima hingga enam ekor kelinci saat puncak musim libur tiba.
Kini usaha yang telah dijalankannya sejak 16 tahun tersebut, mengalami pasang surut dengan penghasilan yang tidak menentu dari hari kehari.
“Sangat berbeda sekali. Sepi, tapi masih ada tamu sedikit. Terus nggak yang terlalu off itu nggak. Ya memang awal pandemi itu tutup 3 bulan. Itu kan menghormati juga terus awal-awal juga takut kan mbak. Soalnya kan kesehatan itu paling utama ya mbak. Tapi sekarang harus buka lagi. Usaha lagi. Mulai rame lagi menjelang Desember itu. Mulai ramai. Seminggu habis itu karena status gunung naik, sepi lagi.” Ucap Safitri, penjual sate kelinci
Tidak hanya Safitri, sang suami yang merupakan driver jeep juga ikut terdampak, lantaran masyarakat merasa takut akan ancaman letusan gunung merapi. Jalan didepan warungnya yang biasanya ramai oleh lalu lalang kendaraan wisatawan, kini terasa sangat sepi, yang tersisa hanya warga sekitar yang melintas.
“Kalau saya sih mbak, punya prinsip dari dulu dapet sedikit ya di, kalau orang jawa bilang itu di cak kea pa itu apa mbak. Dapat sedikit kita belinya juga sedikit. Gitu lah mbak. Terus yang paling penting bersyukur aja mbak dengan keadaan seperti sekarang ini. Gitu aja. Nggak yang muluk-muluk yang gimana. Kalau dipikir terlalu gini nanti juga buat kesehatan nggak baik mbak. Kita sendiri yang rugi sebenarnya. Dibikin santai ajalah tapi ya tetep berusaha. Itu kan nanti dikasih jalan. Kalau saya gitu, percaya ajalah dari dulu seperti itu mbak. Nggak terlalu ngoyo nggak terlalu ini. Kalau saya santai-santai aja.” Ucap Safitri, penjual sate kelinci
Warga lereng merapi hanya bisa berharap pandemi COVID 19 dapat segera berakhir dan gunung merapi dapat kembali stabil sehingga masyarakat dapat beraktivitas dengan normal tanpa dihantui bahaya berbagai bencana tersebut.(Sna/L44)