Lensa Jogja

Harga Kedelai Naik, Perajin Tempe di Kulonprogo Tetap Produksi

Di sejumlah daerah, para perajin tahu dan tempe mulai mogok produksi. Namun, di kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, sejumlah perajin skala rumahan masih mencoba untuk tetap bertahan, salah satunya di rumah produksi milik Kabul di desa Bendungan, Kapanewon Wates.

Berbagai cara pun dilakukan untuk bisa tetap memproduksi tempe setiap harinya. Selain mengubah ukuran tempe menjadi lebih mini, para perajin ini juga mengurangi jumlah produksi hingga 40% dari sebelumnya, sekitar 1 kwintal kini menjadi 50-70 kilogram perharinya.

Para perajin ini terpaksa tetap membuat tempe, karena tak memiliki penghasilan lain. Selain itu, mereka tak ingin kehilangan pelanggan di pasaran meski harus menanggung untung yang terbilang tipis.

“Harga kedelai naik, ga tau mau gimana. Sehari butuh sekitar 75 kilogram. Mau gimana harganya mahal. Ukurannya udah diperkecil,” ungkap Kabul, pembuat tempe

Senada dengan Kabul, Winarti mengungkapkan, bahwa banyaknya pelanggan yang mengeluh karena ukuran tempe yang mengecil.


“Harga kedelainya mahal ya akhirnya biasanya bisa 70 sekarang 50 kilogram. Ukurannya udah diperkecil dan pembeli banyak yang mengeluh,” jelas Winarti.

Harga kedelai di Kulonprogo mencapai 11.500 per kilogramnya. Selain mahal, kedelai kini juga mulai sulit dicari. Para perajin tempe rumahan berharap, pemerintah dapat segera mengatasi melonjaknya harga kedelai, agar para perajin tempe ini tetap bisa bertahan. Jika kondisi ini tak segera diatasi para perajin tahu dan tempe terancam gulung tikar. (SA/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *