Lensa Kuliner

Gurihnya Cabuk Rambak, Kuliner Legendaris yang Mulai Langka

Siapa di antara sahabat lensa44 yang tak suka sarapan? Sarapan pagi sebenarnya adalah salah satu kebiasaan penting untuk dilakukan seseorang sebelum beraktivitas seharian. Sarapan bermanfaat untuk menambah sumber energi.

Di Indonesia, menu-menu sarapan sangat beragam, mulai dari bubur ayam hingga nasi goreng, yang biasa disajikan di rumah maupun dijual di berbagai warung. Selain berbagai menu tersebut, sebenarnya, ada menu khas daerah Solo yang bisa sahabat lensa44 pilih, saat sarapan karena rasanya unik, harganya murah dan mengenyangkan.

Cabuk rambak, namanya. Sebuah makanan yang terdiri atas irisan ketupat yang diberi saus, yang terbuat dari wijen dan kelapa parut sangrai. Warna sausnya kecokelatan. Selain itu, sahabat lensa44 juga bisa menemukan karak, jenis kerupuk dari bahan nasi sebagai pelengkap.

Nama cabuk rambak berasal dari ‘cabuk’ yang berarti wijen, salah satu bahan saus kecokelatan, dan ‘rambak’, kerupuk dari kulit sapi atau kulit kerbau. Jadi, sebelum diganti dengan karak, dulu pelengkap makanan ini adalah rambak. Harga rambak yang sudah semakin mahal, kemudian menjadi alasan penggantian dari rambak ke karak.

Saat masuk ke mulut, gurihnya rasa sambal wijen yang khas meleleh di mulut, berbaur dengan renyahnya karak yang bercampur lembutnya ketupat. Tentu saja, sensasi ini akan membuat sahabat lensa44 ketagihan untuk mencobanya kembali.

Makanan tradisional ini memang tergolong mulai langka. Kuliner ini hanya akan sahabat lensa44 jumpai di tempat kuliner maupun di pasar-pasar tradisional. Harga cambuk rambak tergolong murah, hanya sekitar Rp5000 saja. (YM/L44)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *