Di Luar Nalar Kemanusian, Masyarakat Internasional Harus Peka Terhadap Konflik Israel-Palestina
Konflik antara Israel dengan Palestina terus memburuk. Terbaru masjid Al-Aqsa menjadi lokasi bentrok Israel dan Palestina.
Dilansir dari media arab news keputusan polisi Israel membarikade area tempat duduk di luar gerbang Damaskus pada awal Ramadhan memicu ketegangan awal.
Ekspansi permukiman Israel di tepi barat Palestina juga semakin gencar.
Demonstrasi masih terus berlanjut di sepanjang perbatasan untuk memberikan dukungan kepada keluarga Palestina yang terancam diusir dari rumah mereka di Yerusalem.
Israel juga memblokir tempat berkumpul orang-orang Palestina untuk bersosialisasi saat berbuka puasa. Insiden tersebut mengakibatkan bentrok selama 2 pekan.
Kendati demikian bentrok kembali terjadi dalam beberapa hari terakhir karena Israel mengancam akan melakukan penggusuran terhadap puluhan warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah.
Polisi Israel menembakkan peluru karet dan granat ke arah pemuda Palestina. Akibat bentrok tersebut setidaknya 205 warga Palestina dan 17 petugas polisi terluka.
Rangkaian panjang konflik yang tak berkesudahan antara Israel dengan Palestina telah merenggut banyak korban jiwa. Kekerasan yang terjadi juga sudah di luar nalar kemanusiaan.
Sementara itu pengamat hubungan internasional Universitas Gajah Mada, Riza Noer Arfani mengungkapkan tidak hanya sebagai muslim, tetapi juga sebagai bagian dari umat manusia apa yang dipertontonkan zionism Israel lagi-lagi tidak menunjukan ketidakpekaaan. Pasalnya dalam beberapa tahun ini memerlukan peredaman ketegangan di tanah Palestina utamanya di masjid Al-Aqsa.
Kompleks masjid Al-Aqsa adalah situs tersuci ke 3 dalam Islam. Di sisi lain situs ini juga dianggap suci oleh orang Yahudi. Mereka menyebutnya sebagai temple mount dan menghormatinya sebagai tempat di mana kuil-kuil Al-Kitab berdiri. (Tim Liputan/L44.)
