Lensa Jogja

BPBD Bantul Gelar Gladi Posko Bencana Gempa Bumi

Pada Rabu (29/6) sebuah skenario kejadian bencana bumi terjadi di Bantul. Dari suara alat komunikasi HT, petugas di lapangan melaporkan adanya ratusan korban berjatuhan dan  infrastruktur juga dilaporkan rusak, kepada posko induk kebencanaan.

Wakil Bupati Bantul segera mengambil tindakan, dengan mengumpulkan seluruh stakeholder dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, untuk berkoordinasi mengumpulkan informasi dan mengambil langkah cepat penanganan bencana.

Usai menetapkan status tanggap darurat bencana, personil dari Tim SAR, relawan, dan tenaga kesehatan di bawah komando posko tanggap darurat, yang di dalamnya tergabung unsur BPBD, TNI-Polri, unsur pengarah dan unsur pimpinan daerah, langsung bergerak ke posko tanggap darurat di Pendopo Pemkab Bantul Dua, Manding, untuk melakukan tindak mitigasi bencana.

Demikian skenario yang dilaksanakan pada gladi posko sistem komando penanganan darurat bencana Bantul, yang diinisisasi oleh BPBD Bantul. Pelaku gladi posko, dengan antusias melaksanakan peran sesuai skenario gladi.

Melalui kegiatan seperti inilah, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan aparat penanggulangan bencana dan juga meningkatkan kemampuan koordinasi antar SKPD terkait, pada penanggulangan bencana dalam situasi darurat.

Joko Purnomo, Wakil Bupati Bantul, mengatakan bahwa melalui kegiatan tersebut, pihaknya bisa melihat sejauh mana kesiapan BPBD Bantul dan stakeholder terkait, terhadap kemungkinan terjadinya bencana.

Senada dengan Wabup Bantul, Pambudi Mulya, anggota Komisi A DPRD Bantul, mengapresiasi digelarnya simulasi bencana ini. Menurutnya, diadakannya simulasi ini bukan berarti berharap musibah terjadi, melainkan mempersiapkan kemungkinan terjadinya bencana.

“Paling tidak kita berkaca kejadian ketika 2006 waktu itu, ketika gempa bumi seperti itu, berarti kita sudah punya sebuah gambaran, kita sebagai Komisi A mencoba mengalokasikan, ada sebuah perubahan anggaran, misalkan dana yang sekiranya tidak penting, kita lakukan revolusi,” jelasnya.

Gladi posko yang dilaksanakan itu, menggunakan asumsi waktu 1:1 untuk pra gempa hingga kejadian gempa dan menggunakan asumsi waktu 2:48 dengan durasi waktu gladi 2 jam.

Mewakili 48 jam atau 1 menit gladi mewakili 24 menit. Pelaksanaan setelah trigger gempa dan hanya mencakup situasi saat gempa terjadi, yang dirasakan dan berdampak di wilayah Kabupaten Bantul, penanganan selama 2 hari setelah terjadi gempa.

Di mana hal itu, digambarkan dengan waktu Bupati menerima laporan awal, kemudian mengumpulkan seluruh OPD beserta jajaran agar berkoordinasi di rumah dinas.

Usai mengaktivasi SKPDB, dilanjutkan membuat rencana operasi penanganan gempa bumi, sekaligus menyusun dan melaksanakan rencana operasi dan strategi pemenuhan kebutuhan korban. (JACK/L44).

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *